Siantar, hetanews.com - Dua orang turis lokal terpaksa gagal menarik uang dari mesin ATM karena tidak diperbolehkan petugas jaga Polres Siantar, Minggu (27/11/2016) sekira pukul 14.00 WIB.

Kedua pria tersebut akhirnya pulang berjalanan kaki tanpa membawa selembar uang kertas.

Awalnya, kedua pria yang mengenakan celana pendek dan menyandang tas itu keluar dari Siantar Hotel dan berjalan kaki sembari menikmati udara yang sejuk di hari libur ini.

Berjalan melintas di atas trotoar di Jalan Jendral Sudirman, keduanya melirik ATM Bank Rakyat Indonesia (BRI), yang terletak di dalam sudut sebelah kiri, pintu keluar Mapokres Siantar itu.

Karena kondisi saat itu pintu pagar besi tepat di samping mesin ATM tertutup, kedua pria yang bukan warga Siantar itu, akhirnya masuk lewat pintu utama atau pintu masuk. Dengan rasa percaya diri, keduanya masuk sembari merogoh kantung untuk mengambil kartu penarikan uang.

Masih belum sampai ke tempat yang dituju, seorang polisi petugas jaga piket menegor keduanya dengan suara berteriak. Teriakan itu keluar dari dalam ruang piket dengan wajah gagah berani.

"Kami dipanggil 'Woooi... Woi.. Mau kemana kalian!!' suaranya seperti membentak kali, kami mau ke ATM nya tapi harus disuruh melapor. Enggak tau mau melapor kemana katanya tadi," ucap si pengunjung kepada hetanews.

Tidak sempat mengambil duit, karena urusan 'menggesek' ATM harus melapor kepada entah pada siapa, kedua turis lokal itu hanya tersenyum keluar dari bibir pintu gerbang. Berjalan kaki menuju arah persimpangan empat Jalan Sudirman Kota Siantar.

"Kami hanya mau ambil uanh, kami lihat ada ATM saat jalan. Tau- taunya kami harus disuruh melapor. Melapornya entah sama siapa. Ya sudah kami pulang aja," ucap si turis berkulit putih asal Kota Medan.

Mesin ATM adalah sebuah layanan publik yang dapat dipakai kapan saja dalam kondisi kapan pun oleh siapapun yang memiliki akses untuk itu. Saat mesin ATM tersebut didirikan di yempat yang tidak bisa diakses oleh siapa pun, apakah itu tidak layak dipertanyakan, karena menyangkut fasilitas umum?

Di Kota Siantar, hal sepele itu, seperti urusan pelayanan publik dan pelayanan fasilitas umun masih perlu dibenahi, apalagi sikap arogansi. Bukankah harus ramah dan sopan kepada pengunjung agar citra kota ini tetap bagus di daerah asal mereka. Kalau ATM tidak dapat dipergunakan secara bebas oleh publik di lokasi tersebut, untuk apa dirikan dan dilihat orang yang lewat. Ini menjadi sebuah pertanyaan!