Simalungun, hetanews.com - Anton Kuncono alias Chou Anton bersama Anton Wijaya menemui warga yang tinggal berdekatan dengan CV Rapi Tehnik. Kedatangan kedua pemilik Pabrik Kelapa Sawit di Jalan Asahan KM 18,5 Huta III Nagori Pematang Asilom ini, melobby pemilik tanah dan rumah, supaya yang berdekatan dengan pabrik itu dijual. Supatmawati menyebut, Anton Cono minta harga murah.

Kejadianya, Senin (10/10/2016) lalu. Setelah komunikasi via telephone, akhirnya Supatmawati dan pemilik CV Rapi Teknik itu bertemu. Anton Cono dan Anton Wijaya beserta Sunyoto (Kepala Keamanan) datang kepemukiman warga terlebih dahulu untuk mencek lahan yang direncanakan untuk dibeli. Lahan dan rumah tersebut adalah milik Supatmawati.

Salah seorang ibu yang bernama Dila (40), yang juga berada di lokasi sontak adu mulut dengan Anton Cono. Memaksa Pemilik CV Rapi Tehnik tersebut angkat kaki dari pemukiman warga. Anton kuncono alias Chou Anton pun tiba-tiba terkejut melihat seorang Ibu yang mengajaknya duel.

"‘Diam kau ...’ ‘kau yang diam … ini pabrik pindahkan dari kampung ini. Ini bukan kampung mu.’ Ku bilang gitu sama dia (Anton Kuncono)," cerita Dila menirukan perkataan yang disampaikanya saat itu.

Kepada hetanews.com, minggu (16/10/2016), Dila membeberkan kedatangan pihak PKS CV Rapi Tehnik,meminta warga untuk menjual tanahnya dengan harga dibawah rata-rata. Lanjut Dila, rencana pembelian tanah tersebut untuk memperluas lokasi pabrik, pembuatan kolam limbah dan jalan masuk untuk truck ke areal pabrik.

“Seharusnya saat kami dulu mengadu, polisi harus melindungi. Ini malah orang itu yang back up. Polisi bilang pabrik itu aset daerah. Aset kan bukan untuk membunuh masyarakat. Kalah pemerintahan kita ini sama investor," keluh Dila.

Hal senada juga disampaikan Supatmawati. Ia mengecam tindakan yang dilakukan pria asal kota Tebingtinggi itu, sebab tutur bicaranya tidak sopan dan mengintimidasi warga agar tanah dijual dengan harga rendah. Kata ibu yang akrab disapa Supat ini, Anton Kuncono alias Anton Cono menyebut dirinya setan.

“Dia itu gak punya adat, dia bilang ‘Kau’ sama orang yang tua. ‘Kau’ itu sama orang kami Jawa untuk panggilan sama orang yang lebih muda. Saya bilang gak punya adat. Dia pangiil saya kau…, kau…

Kau itu gak sopan saya bilang. Terus kubilang gini ‘Aku gak takut sama kau kecuali kau setan,’. ‘Aku setan…’ kata Anton kuncono, dia bilang gitu dikiranya aku takut sama dia. Trus ku bilang ‘kau setan aku hantunya,’ habis itu bubarlah," katanya.

Lahan seluas 4,5 rante dan rumah 3 pintu milik Supatmawati dan adiknya ditawar Rp 325 Juta oleh Anton Kuncono. Cerita Ibu Supat, awalnya dirinya tidak ingin menjual rumah.

Namun karena kondisi rumah tak layak huni lagi akibat berdirinya pabrik, ditambah desakan anak-anaknya, akhirnya ia mencoba menerima permintaan Anton Kuncono untuk bertemu.

“Saya dinego kembali. Sejak lebaran sudah tidak pernah kontak (berhungan telephone), Sebenarnya tidak niat jual rumah. Tapi karena rumahku sudah dihancurkan gara-gara pabrik ini, rusak gara gara abu ketel percikan minyak hitam, terus dianggap kacang goreng lagi rumahku," ucap Supat.

Pengakuan Supat, selama rumahnya mengalami kerusakan belum pernah dirinya melakukan pengaduan ke petugas kepolisian. Rumah itu adalah bukti apa yang sebenarnya dampak yang dilakukan pabrik. Kalau untuk hitungan nominal jumlah kerugian bangunan, belum dapat dipastikan. Akibatnya tidak ada lagi warga yang mau menyewakan karena bising dan atapnya rusak.

"Saya orang nomor satu yang tersakiti. Rumah (Milik warga) yang satu di sana, sudah dikontrakan sama perusahaan. Rumah saya itu, tutup pintu sudah ada tiga tahun, satu lagi itu dikontrak orang selama lima tahun tapi mereka sudah gak betah," katanya.

Sebelum ada penawaran itu, Sunyoto Kepala Keamanan pabrik sekaligus orang kepercayaan Anton Kuncono, meminta Supat agar menjual tanahnya dengan dalih lokasi pemukiman miliknya tersebut akan ditutup pihak CV Rapi Tehnik.

“Sunyoto bilang jalan di kompleks pemukiman tersebut akan ditutup. Kalau ditutup harga jual tanah kalian ini gak ada katanya. Capek aku ribut sama orang itu, apalagi sama pangulu yang lama itu,” cerita Supat.

Ketua Maujana Suryanto, yang pada saat itu sempat mendamaikan warga dan pabrik. Cerita Supat, ketua Maujana Nagori Pematang Asilom bilang, jalan masuk ke rumah sewa miliknya akan ditutup. Dan dia (Suryatno), menyuruh Supatmawati membuat surat hibah dan diteken notaris. Kejadiannya beberapa bulan lalu.

“Ini kan sudah mau menguasai. Kalau ada orang bilang, pabrik itu gak perlu ditutup berarti dia sudah buta. Gak melihat penderitaan oran lain, berarti dia sudah sebahat (kompak) berarti berencana, berencana menyakiti orang lain, orang yang tersakiti ya masyarakat,” katanya.

“Yang kerja disitu aja tak pernah tau ruginya kami, kalau saya bilang mereka membunuh kami secara perlahan, gak sepontan memang yang dibuat adalah penyakit,” ujarnya mengakhiri.