Simalungun, hetanews.com - Mantan karyawan dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rapi Tehnik mengungkapkan, masih banyak kekurangan di perusahaan itu, khususnya standar pengelolaan dan manajemen perusahaan. Ia menilai mesin dan perangkatnya jauh dibawah standar dan tidak diawasi oleh tim ahli.

“Tidak jarang beberapa karyawan yang bertugas sebagai operator boiler mengalami kecelakaan kerja karena perusahaan tidak memperkerjakaan operator yang ahli dalam bidangnya,” ungkapnya kepada hetanews, Jumat (14/10/2016).

Karyawan diperintahkan untuk bekerja dengan perangkat mesin yang tidak disiapkan secara professional. “Barang-barangya (perangkat mesin) gak ahlinya yang membuat, yang penting menurut mereka bisa mengolah. Sudah berapa orang karyawan yang sudah terbakar di boiler itu. Kawan sayasudah dua kali terbakar sampai habis badannya," ungkapnya.

"Waktu itu, dia nyari kerak, nembak apinya habis lah badannya. Tapi dia masih kerja dan ditanggung perusahaan. Kalau begitu, siapa lah yang mau badanya cacat. Setau saya orang yang bekerja operator di boiler itu harus ada training K3, pengalaman, safety dan pengalaman khusus soal boiler,” ucapnya.

Pihak PKS CV Rapi Tehnik dapat melakukan pengkondisian dengan mudah. Saat ada pemeriksaan atau warga yang hendak menuntut agar perusahaan menghentikan pembuangan limbah, pabrik melakukan berbagai cara untuk menutupi kecuranganya.

Salah satu adalah menggunkan mesin genset dan mengurangai kapasitas olah. Tidak hanya itu, perusahaan yang menampung limbah belum layak buang dan membuangnya saat hujan lebat turun.

“Ini karena ada informasi warga mau demo lagi, makanya seminggu ini gak kelihatan. Makanya dikurangi kapasitas olah. Karena gampang ngurangi kapasitas olah, gak usah pakai turbin. Kalau ngolah pakai genset rugi nya disolar, tapi ngolah diturbin solarnya utuh. Itu tanda mereka pake ganset, tapi kalau tengah malam mulai lah digunakan turbin,” tandasnya.

Pihak CV Rapi Tehnik memiliki beberapa gudang penampungan Tandan Buah Sawit (TBS) tersebar di Kabupaten Simalungun dan Kota Tebingtinggi. Pabrik ini juga mempekerjakan sekitar 200 ratus Buruh Harian Lepas (BHL) serta karyawan dari Kecamatan Gunung Malela dan luar Kota.

Hasil yang diproduksi pabrik adalah minyak CPO dan Kernel dan dikirim ke Kuala Tanjung (Perusahaan Multimas Nabati Asahan/MNA) dengan menggunakan mobil tanki bermuatan 30 ton. Dalam satu hari, pabrik menghasilkan 90 ton minyak CPO.

"Di Bah Gunung itu ada PKS, tapi jam lima sore pabrik sudah stop (berhenti beroperasi). Pabrik ini sudah menyalahi, prosedurnya salah semua. Limbah tidak layak dibuang, membuat sumur bor tidak bisa digunakan karena air sudah tercemar. Air sumur bor menghitam. Aku dulu disitu tenaga ahli, hanya saya lah tenaga ahli yang dipekerjkan secara Buruh Harian Lepas (BHL),” katanya.

Dirinya sempat mengalami gangguan kerusakan mata. Namun saat dirinya mengajukan pengunduran diri, pihak perusahaan meminta supaya kembali bekerja. Tetapi, ia tetap menolak dan akhirnya meminta saudaranya ikut bekerja sebagai gantinya. Tidak begitu lama bekerja di Pabrik CV Rapi Tehnik, akhirnya saudaranya pun resign (keluar) karena tidak kerasan (betah).