SIANTAR - Ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi bahan pokok perlu diperhatikan bersama, agar tidak memicu masalah yang menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga di bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.

Hal itu disampaikan Wali Kota Pematang Siantar Susanti Dewayani dalam sambutannya pada acara High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Pematang Siantar di Ruang Rapat Lantai 4, Gedung Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Pematang Siantar, Rabu (29/03/2023).

Dilanjutkannya, TPID harus bekerja melakukan intervensi. Mengecek gudang-gudang penyimpanan bahan pokok, inspeksi mendadak (sidak) pasar, dan kegiatan lain yang dapat mengendalikan inflasi di Kota Pematang Siantar.

Selain itu memantau barang-barang sembako agar tidak terjadi kelangkaan dan pemantauan kelancaran arus lalu lintas, serta berbagai hal penting lainnya.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pematang Siantar Zulfan dalam pemaparannya menuturkan, inflasi Februari 2023 Kota Pematang Siantar -0,04 persen.

Dari lima kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sumatera Utara (Sumut), inflasi tertinggi di Padang Sidempuan (0,42 persen), inflasi terendah Kota Sibolga (0,32 persen).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kota Pematang Siantar Teuku Munandar menuturkan Kota Pematang Siantar termasuk kota yang bisa mengendalikan inflasi.

Diutarakannya, ada lima komoditas dominan penyumbang inflasi/deflasi Februari 2023.

Untuk komoditas penyumbang inflasi yakni bawang merah, beras, rokok kretek filter, udang basah, dan buah naga. Sedangkan komoditas penyumbang deflasi yakni daging ayam ras, ikan asin teri, tomat, ikan dencis, dan wortel.