Medan,HETANEWS.com - Ketua Yayasan Sultan Ma'moen Al Rasyid, Tengku Embi selaku pengelola Istana Maimun berharap Pemkot Medan ikut mengelola Istana Maimun. Hal itu guna menjaga bangunan cagar budaya yang merupakan peninggalan Kesultanan Deli tidak seperti sekarang yang dinilai mirip pasar.

"Ini sebenarnya kalau kepemilikan sudah wajar ini milik pribadi daripada sultan. Ini milik Sultan Deli, bukan milik pemerintah. Jadi kalau milik pribadi ingin dijadikan milik pemerintah, minimal ngomong kek mana kalau kami yang ngelola, kek mana kompensasi, kan bicara," kata Tengku Embi kepada detikSumut, Sabtu (4/3/2023).

Bukannya memberikan solusinya, Pemkot Medan malah meminta keluarga keluar dari Istana Maimun tersebut jika ingin dikelola. Kalimat itu yang sering dia dengar.

"Yang saya dengar di luar 'kalau pengen kami betulin Maimun, ya keluar lah kalian'. Mana mungkin keluar, orang pemilik," ujarnya.

Padahal menurutnya sebagai bangunan peninggalan bersejarah, Pemkot Medan bisa ikut mengelola Istana Maimun. Apalagi melihat situasi di dalam Istana Maimun saat ini.

"Tapi sebagai sejarah, sebenarnya cukup pemerintah menghubungi pengelola, cari solusi, saya udah capek dengar 'ya orang itu yang mau pegang, pegang lah sana', ya dilepas lah, sementara situasi di sini kan berebut, masing-masing merasa memiliki," ucapnya.

Ia mengaku sampai saat ini tidak bisa ketemu Wali Kota Medan Bobby Nasution untuk membicarakan perihal pengelolaan Istana Maimun ini. Padahal sebelum menjabat sebagai wali kota, Bobby pernah minta audiensi samanya.

"Ini maaf cakapnya lah ini ya, waktu Pak Bobby belum jadi Wali Kota, dia audiensi dengan saya, nah ketika saya mau jumpa dia sekarang melalui kawan-kawan sampai sekarang saya nggak bisa jumpa," ungkapnya.

"Maksudnya saya untuk menceritakan lah bahwa di Maimun ini begini-begini, ayo cari solusi, nggak dikasih kesempatan," imbuhnya.Saat ada masalah yang berkenaan dengan budaya, barulah dirinya di panggil oleh menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu. Namun saat Tengku Embi ingin ketemu membicarakan Istana Maimun, banyak orang di sekeliling Bobby yang menghalang-halangi.
"Tapi saat ada masalah kemarin baju ada Perwal (yang dipakai setiap) Jumat, kemarin, saya dipanggil sama Pak Wali, berpikir saya 'kok mudah jumpa Pak Wali kalau dia perlu, kalau saya perlu kok banyak di keliling dia yang membatasi'," ucapnya.

Padahal menurutnya peran pemerintah sebagai penengah dalam konflik yang saat ini terjadi sangat lah penting. Sehingga suasana mirip pasar yang ada di dalam Istana Maimun bisa diselesaikan dan dicarikan solusinya.

"Tentunya kalau pemerintah mau bicara, dapat solusinya, maaf cakapnya nggak pakai Sultan pun bisa kita dapat solusinya, karena saya pengelola di sini, saya sering menawarkan saat seminar tapi ya hanya sampai di situ aja," bebernya.

Karena menurutnya sejak tahun 1982 penanggungjawab pengelola Istana Maimun tersebut adalah yayasan. Sultan Deli hanya bertindak sebagai simbol dan urusan adat.

"Sejauh ini Sultan Deli itu hanya sebagai simbol adat aja, urusan-urusan adat, tapi kalau untuk pengelolaan itu di bawah yayasan, udah berjalan dari tahun 1982," katanya.

Sehingga dia optimis persoalan Istana Maimun bisa diselesaikan jika Pemkot Medan ikut campur dalam pengelolaannya. Tengku Embi mengaku bisa memfasilitasi agar dilakukan pertemuan dengan para ahli waris.

"Ya yang punya ini kan ratusan orang, katanya, tapi sebenarnya nggak banyak, itu bisa kita kondisikan," tutupnya.