SIANTAR - Penilaian salah seorang tokoh masyarakat Albert Sinaga kepada Sosok Rudolf Valentino Saragih yang sangat energik untuk berbagi yang seakan tiada habisnya dan sangat memiliki sosial yang tinggi.

Albert Sinaga saat di temui di salah satu warung kopi yang ada di kota Pematang Siantar Senin (30/1/2023) sekitar pukul 18.00 wib mengatakan dirinya kenal dengan sosok Rudolf Valentino Saragih sejak 2013 karena buku misionaris Elpidius Van Duijnhoven.

Dalam pertemuan tersebut, dia terperangah dengan nama itu. Rupanya almarhum ibundanya (Rudolf Valentino Saragih) Korbini Lydia Girsang memang pernah diberangkatkan Elpidius untuk belajar keperawatan ke Charitas, Palembang.

Kisah dari ibu Elpidius, sangat membekas dalam ingatannya walau Rudolf Saragih kelahiran Medan, 10 April 1967, tidak terlalu dalam mengenal sosok Elpidius.

Kisah sang ibu yang mendapat pertolongan, membekas padanya dalam bentuk lain seperti suka menolong.

Lanjut Albert Sinaga bercerita tentang perjalanan Rudolf Saragih, pengamatan sejak 2013 itu berlanjut menjadi persahabatan dan tidak pernah surut, kiranya tidak akan pernah surut.

"Waktu membawa saya pada pengenalan dalam tentangnya. Saya menyaksikan seiring berjalannya waktu, saya melihat ia begitu mudah memberi. Hingga saya bertanya, mengapa ia begitu mudah memberi. (Memberi tidak akan pernah mengeringkan) demikian ia menjawabnya kepada saya," ujar Albert.

Selanjutnya, Albert bercerita terlahir sebagai umat GKPS, rupanya ia memegang teguh kutipan Sidi (semacam Krisma di Katolik: "Cari dahulu kerajaan Allah, maka semua akan diberikanNYA kepadamu".

"Waktu demi waktu membawa kami melulu berjalan untuk urusan sosial, intinya Gereja. Ia gemar bertemu siapa saja, para pendeta, pastor, suster, dan keluarga. Sahabat-sahabat lama tiada ia pernah lupakan. Kegemarannya yang lain adalah doa. Saat dewasa ia menjadi Katolik, mengikutinya sang ibu yang asal Katolik. Namun tiada ia pernah menolak orang, dari kelas manapun," jelasnya.

"Saat jumpa pertama kali, saat ia sebagai bankir, aku pernah membawa orangtua kebetulan berwajah kusam. Aku coba cegah agar sang orangtua dari kampung itu, jangan duduk di sampingnya. Khawatir ia akan risih, pikirku."

“Sini, duduklah di samping saya Pak,” demikian ia meminta sang orangtua yang sudah almarhum itu untuk duduk di dekatnya.

Kata Albert, persahabatan membawa pengenalan akan istrinya, dr. Margaretha MS Sembiring. Betapa dibaliknya ada istri yang hebat, tempat ia selalu membahas apapun rencananya.

Sejoli ini juga dikaruniai dua putri, salah satunya sudah pergi untuk selamanya. Buah hati satu-satunya Beatrix Theodor Valentia Saragih, S.T-B.Eng, kelahiran 24 April 2000, mirip permata. Sang putri terlahir jenius, dengan IP 4 atau sempurna saat kuliah Teknik Kimia di UI, dan berlanjut ke Monash University, Australia.

Berkiprah di BTN setelah lulus FE-USU membawanya melanglang buana ke berbagai kota. Keramahan dari Rudolf Saragih membuatnya mengenal banyak pihak.

Dimana Karir keluarga adalah dunianya. Dirinya, juga tidak berhenti menimba ilmu dan mengejar dengan kuliah program Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum UKI – Jakarta, berlanjut dengan program Doktor Ilmu Hukum UKI, Jakarta yang masih berlangsung sampai sekarang.

"Saya pernah bertanya, apa cita-citanya. Putra almarhum Sintua GKPS Djabudin Saragih ini sederhana saja menjawab. “Aku selalu ingin kembali ke Sumut.” ujar Rudolf Valentino Saragih.

Sejatinya, ia tidak hanya ingin Kembali ke Sumut . Dari yang saya saksikan kalau dia begitu mudah dia membantu apalagi yang menyangkut dengan rumah ibadah.

Dan tidak hanya itu saja dia juga menolong orang - orang yang memang berhak ditolong tanpa pandang suku, ras dan Agama.

Kegemarannya adalah peduli pada orang-orang. Tentu ia mungkin tidak sempurna, tetapi ia adalah sebuah pribadi unik dan sulit menemukan orang seperti dia.