MEDAN, HETANEWS.com - Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menyebutkan bahwa penetapan UMP 2023 di Sumut memiliki alur yang cukup panjang. Bahkan, dia menyebut hal ini cukup dilematis bagi pengusaha dan buruh.
"Saya hitung UMP, rumusnya begini, pendapatan daerah segini, inflasi segini, pengusaha begini," kata Edy saat menghadiri acara Seminar Harkodia di Hotel Aryaduta Medan, Rabu (30/11/2022).
"Kalau kita naikkan agak mengganggu pengusaha, kalau tidak kita naikkan para buruh tak cukup membeli pakaian dalam istrinya. Jadi dilema, Ini yang harus kita pompa kesejahteraan ini," sambungnya.
Dalam kesempatan itu, Edy juga mengingatkan kepada para pengusaha tidak mencoba-coba untuk melakukan korupsi. Bahkan, dia juga mencontohkan masalah infrastruktur dan harga produk.
"Ini terkait infrastruktur. Waktu saya pergi ke tempat petani jeruk, dia menjual harga Rp 4000. Nah saya datang ke supermarket harganya Rp 12.500. Saya minta telusuri, jeruk Mandarin harganya Rp 7500 per kg. Masa lebih jauh Tanah Karo daripada China. Waktu Presiden datang ke sana, jalannya itu diaspal sudah. Setelah diaspal, tak kunjung turun juga jeruk itu, ini kan kita tidak jujur. Jalannya dibenarkan, malah pengusahanya macam-macam," cerita Edy.
Edy juga menyebutkan sebelumnya bahwa penetapan ini sudah dilakukan semaksimal mungkin dan paling ideal diterapkan di Sumut.
"Kalau lebih naik lagi nanti kabupaten/kota sulit menyesuaikan. Contohnya Kota Medan, kalau 6 persen saja dinaikkan itu bisa sampai Rp 3,4 juta UMK mereka. Repot nanti kita, ini harus dijaga," ucapnya.
Untuk diketahui, UMP Sumut 2023 mengalami kenaikan 7,45 persen dari Rp 2.522.609 pada tahun 2023 menjadi Rp 2.710.493.
Sumber: detik.com