HETANEWS.com - Empat orang tewas setelah penembakan massal di dua sekolah di Brasil pada Jumat. Pelaku yang baru berusia 16 tahun tersebut memakai simbol Nazi saat menjalankan aksinya.
Pihak berwenang di kota Aracruz, negara bagian Espirito Santo mengatakan, 10 orang terluka dalam serangan tersebut, termasuk tiga guru dan seorang siswa yang kritis.
"Sayangnya, tragedi Aracruz belum berakhir," kata Gubernur Espirito Santo, Renato Casagrande pada Sabtu.
"Dengan penyesalan mendalam kami mengonfirmasi kematian satu korban lainnya, guru Flavia Amboss Mercon," lanjutnya di Twitter, dikutip dari Al Arabiya, Minggu (27/11).
Sebelumnya dilaporkan tiga korban tewas dalam insiden ini. Casagrande mengumumkan tiga hari berkabung di negara bagian Espirito Santo. Dia menambahkan, bocah itu tampaknya telah merencanakan aksinya dengan teliti.
Pelaku penembakan merupakan mantan siswa di sekolah negeri yang menjadi target pertamanya. Di sekolah negeri itu, pelaku menembak sekelompok guru, menewaskan dua orang dan melukai sembilan lainnya.
Pelaku lalu menuju ke sekolah swasta terdekat di mana dia membunuh seorang gadis remaja dan melukai beberapa orang lainnya.
Kepolisian Espirito Santo mengatakan, pelaku ditangkap dan akan menghadapi dakwaan pembunuhan dan upaya pembunuhan berat.
Menurut keterangan pihak berwenang, pelaku merupakan anak polisi dan menggunakan dua pistol dalam serangan tersebut yang terdaftar milik ayahnya.
CCTV yang ditayangkan media Brasil menunjukkan pelaku berlari ke dalam sekolah dengan berpakaian kamuflase gaya militer dan mengayunkan senjata.
Penyelidik mengatakan remaja tersebut memakai simbol swastika di seragamnya dan mereka sedang menyelidiki apakah pelaku memiliki kaitan dengan organisasi ekstremis.
Ini merupakan serangan penembakan sekolah ke-12 di Brasil sejak 2002, menurut lembaga penelitian Sou da Paz.
Serangan terbaru ini mendorong munculnya seruan untuk reformasi kebijakan senjata. Para pengkritik menyinggung soal longgarnya regulasi kepemilikan senjata api dan amunisi di bawah pemerintahan Presiden Jair Bolsonaro.
Sumber: merdeka.com