SIANTAR, HETANEWS.com - Sebanyak 60 rumah warga dirobohkan oleh pihak PTPN III unit Kebun Bangun bertempat di Jalan Gurilla, Kecamatan Bahsorma, Selasa (22/11/2022).
Rumah yang dirobohkan oleh pihak PTPN III tersebut, diketahui yang telah menerima sugu hati dari pihak PTPN beberapa waktu yang lalu. Dan sebanyak 20 rumah lagi masih melalukan penolakan dari sugu hati yang diberikan PTPN.
"Namun untuk kelanjutan eksekusi, kami akan tetap melakukan perobohan bangunan yang berpenghuni dan tidak berpenghuni. Dan yang kami robohkan tadi itu yang telah menerima sugu hati dari kami, kalau untuk warga yang menolak sugu hati ini, kami akan berkordinasi dengan pihak Polres Pematang Siantar," ucap Humas PTPN III Unit Kebun Bangun Dony Manurung.

Menurut keterangannya, bahwa pihak PTPN sendiri telah mengeluarkan biaya sebesar Rp 5 Milyar untuk sugu hati yang diberikan kepada warga.
Namun PTPN III tetap mendirikan posko untuk melakukan pendaftaran bagi warga yang ingin mendapatkan sugu hati hingga waktu yang ditentukan.
Saat disinggung, bagaimana tanggapannya terkait adanya halangan yang dilakukan oleh warga saat melakukan eksekusi, Manurung mengatakan bahwa ada propokasi dari warga lain yang ingin menghentikan pekerjaan mereka.
"Itu sekelompok propokator yang mana mencoba untuk membuat keributan, dan diketahui mereka itu bukan penggarap dan mereka itu bukan warga setempat,"ungkapnya.
Lebih jelas dikatakannya, kita akan bersihkan ini sampai tuntas, sampai tidak ada bangunan berdiri satu pun di area lahan PTPN III unit bangun ini.
Ditempat yang sama, warga sekitar Boru Juntak yang menolak sugu hati mengatakan kalau mereka akan tetap menolak sugu hati dari pihak PTPN III dan tetap tinggal dirumah mereka.
"Kenapa kami bertahan, karena rumah ini kami tempati dari tahun 2015 semasa orangtua kami masih hidup. Bahkan kami merugi dimana pada tahap pertama eksekusi, tanaman kami hancur dibuat oleh pihak PTPN. Kerugian saya sebesar Rp 5 juta untuk semua tanaman yang hancur," teriaknya.
Lebih lanjut dikatakannya, Dan kami akan tetap bersih keras untuk menolak suguhan hati, dan kami kelompok tani akan tetap bertahan.(Hendra Ginting)