SIMALUNGUN, HETANEWS.com - Olahan Keripik singkong yang sederhana ternyata memiliki cita rasa yang renyah dan gurih. Olahan home industri itu dibuat tanpa menggunakan banyak rempah, hanya garam tanpa bahan penyedap lainnya.

Usaha home industri yang dikelola Rinto (36) warga Beringin mulai dikenal banyak orang dan sudah dipasarkan ke berbagai daerah lain di luar Kabupaten Simalungun seperti Sergei, Pematang Siantar, Tebing Tinggi dan lainnya.

"Sistem bagi hasil dengan semua yang ikut bekerja di tempat usaha ini, termasuk pemilik lahan," kata Rinto yang ditemui Hetanews Minggu (18/92022) di tempat usahanya di Nagori Bangun Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun.

Terletak di jalan Lintas Perdagangan-Siantar atau Jalan Asahan Km.8, tempat usaha milik Rinto belum memiliki nama usaha bahkan usaha keripiknya cukup sederhana tanpa label masih dikemas dengan plastik polos.

Rinto menjelaskan jika setiap harinya bisa menghabiskan sekitar 300 Kg ubi kayu. Dimana ubi kayu dikupas dan dibersihkan langsung dipotong tipis-tipis dengan mesin yang langsung masuk ke kuali penggorengan.

Kemudian ditiriskan dan dikemas dengan plastik. Keripik singkong dijual dengan harga mulai Rp 5.000 hingga Rp 20.000 sesuai permintaan konsumen.

"Setiap harinya bisa menggoreng 300 kg ubi kayu. Dengan penghasilan rata rata Rp 400.000/hari sehingga setiap bulan bisa mencapai Rp.12 juta/bulan," katanya.

Pantauan hetanews.com, pembeli bisa langsung menikmati keripik singkong yang gurih. Juga melihat cara pengolahan ubi kayu menjadi keripik yang renyah.

Dimana pekerja sudah membagi tugas,ada yang membersihkan ubi,ada yang memotong dengan mesin dan ada yang menggoreng juga mengkemas keripik singkong tersebut.

Cemilan sederhana dan legendaris ini banyak diminati orang, dari mulai anak anak hingga dewasa.

Rinto mengakui jika usahanya tersebut baru berjalan selama 1 bulan. Pasca pandemi usahanya menjadi berkah. Selain membuka lapangan pekerjaan juga dapat meningkatkan perekonomian khususnya pendapatan keluarga.

Ia berharap, usahanya ke depan semakin maju dan hasil olahan ubi kayu menjadi keripik tersebut akan diberi brand (merk dagang) untuk lebih dikenal masyarakat.

Juga akan dibuat dengan varian rasa, diantaranya yang original dan balado (pedas). .