HETANEWS.com - Berita proklamasi kemerdekaan sangat lambat sampai ke daerah-daerah karena terbatasnya infrastruktur dan sarana komunikasi.

Pada tanggal 27 September 1945 akhirnya sekelompok pemuda dengan berani mengumumkan kemerdekaan dan mengibarkan bendera merah putih pertama kali diiringi nyanyian lagu Indonesia Raya.

Peristiwa bersejarah ini terjadi tak jauh dari Pagoda (Komplek Taman Bunga) Jalan Merdeka depan Balaikota Pematangsiantar. Catatan sejarah ini kemudian diabadikan dengan sebuah prasasti yang dibangun pada 29 Januari 1996.

Kini prasasti tersebut dapat ditemui komplek parkir pariwisata atau gedung Tourism Information Centre (TIC) Dinas Pariwisata bersebelahan dengan gedung perpustakaan Sintong Bingei.

Sisa sisa koloni

Dosen FKIP Universitas Simalungun Jalatua Hasugian dalam tulisannya berjudul Monumen Sejarah Perjuangan yang Terhimpit di Tengah Geliat Keramaian Kota [2017] menyebut pasca proklamasi 17 Agustus 1945 tentara NICA maupun sekutu masih melakukan provokasi dan menyebarkan berita bahwa kemerdekaan Indonesia tidak benar.

Sementara di kalangan pemuda dan laskar-laskar pejuang, berita kemerdekaan sudah mereka de­ngar. Hanya saja untuk meng­ambil langkah-langkah strategis apalagi melucuti tentara Jepang, para pemuda masih memilih sikap menunggu.

Edi Saputra dalam bukunya “Sumatera Dalam Perang Kemer­dekaan: Perlawanan Rakyat Semesta Menentang Jepang, Inggris dan Belanda” terbitan Yayasan Bina Satria 45 Jakarta (1987), mengisahkan bahwa informasi kemerdekaan di Suma­tera Timur, khususnya Pematang siantar – Simalungun sudah terdengar sejak awal September 1945 oleh sejumlah tokoh-tokoh pergerakan.

Baca juga: Prasasti Tak Tampak Lagi Di Parkiran Pariwisata

Baca juga: Kadim Damanik : Mereka Memang Sudah Mengabaikan Budaya Dan Sejarah

Para pemuda pemberani

Salah seorang tokoh pergerakan yang dikenal di kalangan pejuang Siantar Simalungun ketika itu, Abdullah Yusuf. Yusuf pernah mendapat surat dari Dr.A.K.Gani di Palem­bang agar segera menyampaikan berita kemerdekaan kepada segenap rakyat di Simalungun.

Namun karena kebingungan memikirkan bagaimana teknis mengumumkannya, Yusuf mengajak rekannya sesama pejuang, dian­taranya: Abdul Azis Siregar, Burhanuddin Kuncoro, Menes Tampubolon dan Ricardo Siahaan untuk berdiskusi.

Apalagi, Yusuf punya pertimbangan jika tentara Jepang yang masih berku­asa saat itu pasti akan bereaksi, jika mereka mengumumkan bahwa Indonesia sudah merdeka. Bukan­nya dapat solusi, Yusuf malah didesak rekan-rekannya agar segera mengumumkan kemerde­kaan kepada rakyat.

Karena tak kunjung ada ketegasan dari Abdullah Yusuf yang malah terus memikirkan banyak pertimbangan, Abdul Azis Siregar dan rekan-rekannya spontan bertindak sendiri.

Baca juga: Pengakuan Kusdianto Pindahkan Prasasti, Boy: Itu Mengaburkan Sejarah

Kabarkan Kemerdekaan Indonesia

Pada tanggal 27 September 1945, mereka menggelar apel pemuda di sekitar Lapangan Pagoda dan mengibarkan bendera Merah Putih sembari menyanyikan bersama-sama lagu Indonesia Raya. Sedangkan Teks Proklamasi tak dibacakan karena mereka belum memperoleh salinan naskahnya.

Pengibaran bendera Merah Putih pertama kalinya di Pematangsiantar dan pertanda pengumuman kemerdekaan ini, merupakan langkah berani para pemuda Siantar Simalungun.

Padahal hanya terpaut puluhan meter dari lokasi mereka menggelar upacara, ten­tara Jepang dan tentara KNIL mengamatinya dari markasnya di Siantar Hotel.

Namun mereka tampak diam seribu bahasa melihat tindakan heroisme para pemuda meski tanpa dihadiri jawatan-jawatan atau dinas-dinas maupun perwakilan pemerintahan atau raja-raja setempat.