Simalungun, hetanews.com - Bupati Simalungun Radiapoh Hasiholan Sinaga dan Wakil Bupati Zonny Waldi baru saja menerima rekor MURI [Museum Rekor Indonesia] atas pencapaian pembangunan jalan swadaya terpanjang dalam 100 hari kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati.

Prestasi yang disajikan oleh RHS dan H Zonni pabila dilakukan dimasa normal, tanpa ada pandemi covid 19, maka warga Simalungun akan menyambut hal tersebut dengan sorak sorai, karna memiliki pemimpin yang mau bekerja walaupun kondisi keuangan daerah tidak memungkinkan, dampak dari kepemimpinan yang sebelumnya.

Tak dapat dipungkiri bahwa keuangan Pemkab Simalungun dimasa kepemimpinan JR Saragih tambal sulam, dimana perencanaan pembangunan seakan berjalan semaunya pemimpin, dan sering berjalan tidak pada relnya, yang mengakibatkan banyaknya uang tersia sia pada hal yang tidak mendatangkan kesejahteraan pada warga.

Pencapaian ratusan kilometer jalan itu pun tidak lepas dari gerakan Gotong royong atau‘Marharoan Bolon’ [dalam bahasa daerah Simalungun], yang dilundurkan pada pekan pertama Mei 2021 setelah Radiapoh-Zonny dilantik oleh Gubsu pada 26 April 2021. Yang menjadi pertanyaan, mengapa Marharoan Bolon tidak dialamatkan kepad pencegahan penularan covid 19?

Perbaikan jalan sangat dibutuhkan warga agar aktiifitas dunia kerja dapat berjalan dengan baik, namun bila melihat situasi sekarang, RHS dan H Zonni harus jadi garda terdepan bersama warga dengan gerakan gotong royong memberikan vaksin gratis kepada warga, dan juga mengajak semua lapisan untuk membantu pasien yang terdampak.

Saat ini, warga Simalungun berada dalam situasi tersendiri tanpa adanya tuntunan dari pemkab untuk bersama sama melawan pandemi ini. Tidak adanya terlihat bentuk kepedulian yang dilontarkan RHS dan H Zonni, layaknya dia mengajak semua lapisan bergotong royong membangun jalan, membuat pandemi semakin meluas, dan sekarang memasuki tahap mengkuatirkan.

Memperbaiki jalan rusak mampu digerakan oleh RHS dan H Zonni, mengapa untuk menghadapi pandemi tidak ada seruan tersebut? Ini sebuah pertanyaan yang harus dijawab sepenuhnya oleh RHS dan H Zonnni, karna bisa saja warga beranggapan bahwa rekor muri itu adalah perencanaan yang telah ada untuk sebuah citra baik di masa awal kepemimpinan.

Rekor muri tidak dapat membuat warga semakin kuat dan semangat menghadapi pandemi, itu hanya sebuah prestasi awal, dan sudah sepantasnya dilakukan oleh pemimpin agar mencatat nilai positip. Namun tu bukan yang dibutuhkan warga Simalungun saat ini, kebersamaan dan kepedulian RHS dan H Zonni yang turun langsung memimpin satgas covid mengurangi yang tertular covid 19.

Sebagai pemimpin yang mau melayani warganya, rekor muri bukan sebuah pujian tapi kebersamaan dengan warganya menghadapi situasi genting menjadi point penting. Warga belum melihat kebijakan RHS dan H Zonni untuk menghadapi pandemi, padahal ditempat lain, pemimpinnya turun langsung dan membuat kebijakan kebijakan yang membuat warganya tersenyum.

Ayolah RHS dan H Zonni, alihkan saja Marharoan Bolon yang punya prestasi itu ke permasalahan saat ini, yakni bergotong royong bersama rakyat untuk menuntaskan pandemi di Simalungun. Warga mu menunggu di rumah sendirian diliputi rasa takut dan kuatir. Ayo lepaskan selimut kemalasan dan mulai bergaul dengan keringat karna untuk itu anda dilantik, menjadi pelayan.