Simalungun, hetanews.com – Ada 11 Kecamatan yang ada di Kabupaten Simalungun yang mendapat zona merah penularan covid 19, dimana 1916 terdampat virus, 1515 sembuh dan 162 orang yang tercatat meninggal dunia.
Ada pun ke 11 kecamatan yang terdampak, yakni kecamatan Silau Kahean, Pematang Sidamanik, Girsip, Bandar, Pematang Bandar, Panei, Siantar, Gunung Maligas, Bandar Huluan, Bosar Maligas dan Tanah jawa. Dan kalau dimaping, ke 11 kecamatan tersebut sudah mencapai 50 persen luas wilayah kabupaten Simalungun.
Sedangkan ketiga rumah sakit umum daerah, yakni RSUD Perdagangan telah terisi sekitar 46% pasien, RSUD Parapat 36% pasien, dan RSUD Tuan Rondahaim Saragih 37 pasien. Bila dijumlahkan RSUD milik Pemkab Simalungun telah mencapai angka 38% jumlah pasien, dan itu belum dihitung lagi dengan jumlah pasien yang telah dirujuk.
Melihat angka angka ini, seharusnya pemkab Simalungun melalui bupatinya Radiapoh H Sinaga (RHS) harus kerja ekstra untuk mencegah penularan serta meningkatkan jumlah vaksin bagi warganya, agar Simalungun bisa menahan jumlah pasien yang terkena virus tersebut.
Namun faktanya di lapangan, RHS tidak pernah menunjukan jati dirinya sebagai seorang pemimpin yang amanah dan melakukan berbagai program dan kegiatan untuk menahan laju penularan. Yang terlihat, warga Simalungun seakan tidak memiliki pemimpin dan dibiarkan menghadapi sendiri.
Padahal, baru hitungan bulan, warga Simalungun begitu antusias menyambut seorang pemimpin baru dengan tagline dirinya Si Kerja. Ada asa dan harapan ketika RHS dan H Zonni dilantik, akan menjadi pemimpin yang amanah dan mampu membawa perubahan, karna dalam kampanye RHS dan Zonni selalu mengatakan Rakyat Harus Sejahtera.
Bila berkaca dari cara kerja RHS dan Zonni dalam menghadapi pandemi covid 19, maka dapat dikatakan asa dan harapan tersebut seakan menabrak ruang hampa yang tak terisi dengan berbagai program kesejahteraan, yang ada hanya ratap dan tangis tanpa ada empati yang tersalur.
Apakah pantas dengan alasan sakit, RHS melupakan warganya dan menarik selimut tanpa menghiraukan jeritan warga yang membutuhkan pemimpin yang bisa membawa mereka keluar dari pandemi ini.
Apakah warga Simalungun masih tinggal dalam eforia mendapat bupati yang baru? Pertanyaan ini muncul karna belum ada gerakan yang mendesak RHS untuk turun dari tempat tidurnya dan bergelut dengan warga untuk menghambat penularan covid 19 dan merubah zona merah menjadi zona hijau.
Bila tidak ada gerakan dari warga yang mendesak pemimpinya untuk segera turun dan mengambil alih pemutusan penularan covid 19, maka Simalungun akan menjadi daerah yang terisolasi karna covid yang dibiarkan merajalela. Dan bagi RHS, ayo bantu warga mu dan jangan lagi berperilaku sebagai seorang raja (pengusaha) karna jabatan anda sekarang adalah bapa bagi warga di kabupaten Simalungun.