Siantar, Hetanews.com - Tensi demonstrasi tolak Omnibus Law di Kota Pematangsiantar mulai menurun. Berbeda dengan demo empat hari sebelumnya, yang mengakibatkan sedikitnya 3 polisi dan mahasiswa luka luka, demo kali ini tampak lebih adem.

Dengan tuntutan yang serupa, tolak Omnibus Law, demo kali ini datang dari Aliansi Mahasiswa Siantar Bersatu (AMSB). Massa aksi terdiri dari sejumlah elemen, seperti GMKI,IMM, GMNI, dan Aliansi Mahasiswa Menggugat.

Untuk atribut, demo kali ini tampak lebih elegan dengan pasokan perangkat sound system, juga dengan langsung disambut oleh Walikota dan Ketua DPRD Pematangsiantar.

Hanya saja puluhan Mahasiswa memilih ‘mundur’ saat kedua pejabat paling top kota Siantar itu tak mau meneken surat penolakan Omnibus Law yang disodorkan pendemo.

Dari depan kantor DPRD mereka bertolak ke jalan Merdeka persis di depan Kantor BRI Pematangsiantar. Mobil komando yang membawa perangkat sound system kemudian berhenti. Puluhan mahasiswa itu duduk di aspal sembari mendengarkan teman-temannya bergantian berorasi.

"Kita disini tidak berkoar koar. Tapi menolak omnibus Law," pekik seorang Mahasiswa yang dipersilahkan berorasi, Senin (12/10/2020) siang sekitar pukul 12.11 WIB.

“Hati hati kawan kawan ada penyusup. Kita ingin aksi gak ditunggangi. Kami mau aksi sesuai substansi. Yang pakai tanda semua duduk, kecuali koordinator aksi,” tambahnya.

Tampak pada saat itu lalu-lintas menjadi kacau balau. Arus kendaraan mulai macet dan terlihat cukup menganggu pengguna jalan. Personel dari kepolisian yang mengawal demo mencoba mengurai kemacetan dengan memberi ruang bagi pengendara menuju Jalan Merdeka.

Sementara para mahasiswa membakar ban mobil bekas, tepat ditengah jalan dengan bantuan sobekan karton minuman kemasan dan bensin. Bakar ban sebagai api perlawan itu tak lama menyala.

Meski disambut sorak para mahasiswa saat api sempat membara, dua orang Polisi datang dari barisan paling belakang bergegas mendatangi massa yang duduk menghadap ban bekas.

Dua polisi itu tampak menembakkan racun api pada ban yang belum habis terbakar. Tampak raut wajah kecewa dari wajah para demonstan. Kegembiraan dan sorak sorai berakhir saat api dipadamkan. Tak tampak upaya apapun dari elemen demonstran ini terhadap tindakan polisi.

"Dari awal kami sudah bilang aksi damai. Dengan mematikan ban ini kami kecewa," ucap Ketua GMKI May Luther Sinaga merespon tindakan polisi memadamkan api.

Setelah lelah berorasi, kelompok demonstan ini mulai mengecil saat Dzuhur berkumandang. Situasi itu membuat para mahasiswa pun perlahan menarik diri ke arah Lapangan Adam Malik Pematangsiantar.

Beda Gerilyawan dan AMSB

Demo tolak Omnibus Law perdana datang dari Gerakan rakyat melawan atau (Gerilyawan). Ratusan mahasiswa tumpah ke jalan dan mengecam dan menyatakan mosi tidak percaya kepada DPR. Secara kuantitas jumlah mahasiswa yang turun jauh lebih besar dibanding demo AMSB ini.

Beberapa pihak menuding demo kedua ini akibat ketidaksepahaman antara para kelompok Mahasiswa soal taktik. Sumber terpercaya menyebut ada beberapa kelompok yang sengaja 'mengeksklusifkan' diri meski isu tuntutan tolak omnibus law menggema secara nasional.

Wartawan Hetanews mencoba melakukan crosscek kebenaran informasi tersebut kepada salah seorang pimpinan demo AMSB, May Luther Sinaga. Menurutnya, pada aksi perdana dalam barisan Gerilyawan mereka turut hadir.

“Iya, kita bergabung dengan massa gerilyawan yang melakukan demo sebelumnya. Tetapi kita tidak membawa nama lembaga kita, karena itu gabungan mahasiswa tanpa merk dari mana,” ucap Ketua GMKI Siantar- Simalungun ini usai aksi AMSB.

Menurutnya, AMSB punya kajian tersendiri mengenai Ominub Law. Ia juga memastikan kelompok dari Gerilyawan tidak hadir dalam demo yang mereka gelar.

“Kami turun sendiri dengan rekan-rekan karena kita punya kajian juga tersendiri terkait itu. Tidak ada gerilyawan yang berdemo Kamis lalu yang bergabung dengan kami pada hari ini,” jelasnya.

Juru Bicara Gerilyawan,Adrianus Sinaga, dihubungi terpisah mengatakan, aksi AMSB tidak berhubungan dengan aksi Gerilyawan yang saat itu sanggup mendongkrak ratusan massa rakyat sepanjang konvoi saat menuntut Omnibus Law, Kamis kemarin.

Meski begitu ia tidak merinci alasan mengapa pihaknya tidak bergabung.

“Gerilyawan tidak ikut demo itu,” kata Adrianus via whatsapp

Baca juga: Ini Moment Unik Saat Demo Omnibus Law Di Kota Pematangsiantar