Isu SARA di Pilkada, Apa yang Salah dengan Kita?

Catatan: Pranoto, Wartawan Hetanews.com di Kabupaten Simalungun
Isu suku, agama, ras, antargolongan (SARA) yang pernah melanda Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta, pada Juni 2017 silam, nyatanya telah berdampak dan masih membekas di benak warga Sumatera Utara (Sumut) yang diketahui akan menggelar pesta
demokrasi pada Juni 2018 mendatang.
Dampak buruk akibat isu SARA, bahkan terkesan mengesampingkan nilai konstitusi Indonesia, bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri serta berhak dipilih maupun memilih tanpa latar belakang SARA.
Meskipun belum terjadi guncangan sosial hingga pada tahap pendaftaran Bakal Calon (Balon) Gubernur Sumut pada bulan ini, namun potensi kampanye hitam dan bergulirnya isu SARA sudah mulai muncul ke permukaan.
Jika kontestasi Pilkada disebut-sebut sarat dengan permainan politik uang, kini persoalan penyelenggaraan pesta demokrasi 5 tahunan ini, dirundung isu SARA yang berujung carut marutnya tatanan sosial masyarakat.
Gagalnya pemerintah dalam memahamkan isi maupun makna Pancasila dan 34 pasal UUD 1945 serta butir-butirnya, dituding kalangan akademisi sebagai biang utama terjadinya kemerosotan etika sosial dan norma masyarakat.
Pemerintah yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam mencerdaskan rakyatnya, seolah berbanding terbalik dan justru menampilkan drama-drama politik yang kurang mencerdaskan.
Ditambah lagi telah raibnya mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) pada tingkatan sekolah dasar sampai menengah, menjadi salah satu faktor kegagalan pemerintah dalam menciptakan generasi penerus yang unggul dalam keilmuan serta bijaksana dalam bertindak.
Disisi lain, gencarnya informasi di era milenial ini hampir tidak dibarengi kesadaran minat masyarakat dalam “membaca secara keseluruhan”, juga masih menjadi kendala mendasar.
Masyarakat tidak lagi membaca serta menganalisa sebuah informasi yang diterima, dan terkesan hanya membaca sepintas “judul” sebuah berita ataupun opini media.
Dalam bukunya yang berjudul Misteri Kata-Kata, Alm. KH. Abdurahman Wahid, pernah menyinggung soal minimnya kesadaran masyarakat dalam mengolah makna sebuah kata, hingga berujung pada kesalah pahaman dalam memaknai sebuah kata maupun kalimat.
Apa yang dituliskan Gus Dur dalam bukunya, faktanya bukan isapan jempol belaka. Mengingat masih pada tahap pendaftaran Bakal Calon Gubernur saja, sebagian besar warganet sudah mulai ikut “kebakaran jenggot” jika calon yang didukung mulai “diserang” oleh pendukung lainnya dengan berita ataupun tulisan yang memuat ujaran kebencian.
Hal ini tidak terlepas dari budaya politik kurang “sehat” yang kerap diperlihatkan oleh oknum-oknum kader partai politik yang seharusnya ikut mencerdaskan masyarakat, bukan ikut memperkeruh suasana.
Setiap orang berhak memilih dan dipilih, namun seyogyanya menggunakan cara yang tidak menimbulkan kekacauan di tengah-tengah masyarakat.
Setiap orang berhak didukung dan mendukung, namun sepantasnya tidak menggunakan cara membabi buta dan saling menghasut demi kepentingan “uang” ataupun kelompok tertentu.
Komentar 0
Artikel Terkait
Hal Ini Dilakukan Polisi Pasca Temuan Kertas Berisi Kalimat Provokasi - 2 tahun yang lalu
FKPD Bersama Elemen Masyarakat Humbahas Tolak Isu SARA, Hoax dan Ujaran Kebencian - 3 tahun yang lalu
Ini Pesan Wabup Asahan saat Deklarasi Pilkada Serentak 2018 - 3 tahun yang lalu
Panwaslih Siantar Deklarasi Tolak Politik Uang dan SARA, Parpol: Penyelenggara Harus Netral - 3 tahun yang lalu
Panwaslih Simalungun Deklarasi Lawan Politik Uang dan SARA pada Pilgubsu 2018 - 3 tahun yang lalu
ERAMAS dan DJOSS Sepakat Tolak Politik Uang dan Politisasi SARA - 3 tahun yang lalu
Populer Hari ini
- #1 Datang Ke Partai Hanura, Suhanto Pakpahan Teguhkan Hati Maju Di Penjaringan Calon Wakil Walikota Siantar
- #2 Pangeran Harry dan William Mencair Setelah Obrolan di Pemakaman
- #3 Proyek Trotoar dan Drainase di Parapat Asal Jadi
- #4 PGI Ragukan Gelar Pendeta Jozeph Paul Zhang
- #5 Peredaran Sabu Marak, Sehari 5 Orang Ditangkap
- #6 Keluarga Warga Binaan Tak Perlu Antar Makanan Ke Lapas
- #7 Pria di Tanjung Pinggir Diciduk Karena Sabu sabu
- #8 Oknum Dokter Lecehkan Pasien Ditangkap
- #9 Valentino Rossi Jatuh di Grand Prix Portugis
- #10 Polisi Tewas Diduga Jadi Korban Pengeroyokan di Jaksel
heta bicara
Mengenal Teknologi Israel, Cellebrite, Mampu Bobol 8.000 Peralatan Elektronik - 1 minggu yang lalu
Dari Seorang Penjaga Warnet, Ide Tokopedia Terlahir Tuk Jadi Terbesar di Indonesia - 1 bulan yang lalu
Momentum Hari Pers Nasional - 2 bulan yang lalu
Tuntutan Hadirnya Partai Politik Alternatif Kaum Muda Milenial - 2 bulan yang lalu
Para Swing Tradder Yang Mulai Mengkhawatirkan Masyarakat Pasar Modal - 3 bulan yang lalu