Simalungun, hetanews.com - "Oalah bang-bang, jangankan lihat televisi, mau mencolokkan kabel televisi pun aku takut bang karena dari kecil sampai sekarang kami hidup gelap-gelapan," kata Susi diiringi gelak tawa warga lainnya.

Susi, perempuan berusia 36 tahun ini salah satu dari 17 Kepala Keluarga (KK) yang mendiami kawasan terpencil di wilayah timur Kabupaten Simalungun, tepatnya di Huta 1 Pulo Rejo, Nagori Sah Kuda Bayu, Kecamatan Gunung Malela.

Desa tertinggal yang dikelilingi perkebunan kelapa sawit PT Tolan Tiga (Sipef) dan sebagian kecil lainnya milik warga ini, sejak mulai berdiri sebagai pemukiman sampai saat ini belum dialiri listrik.

Padahal, tak jauh dari Huta Pulo Rejo terdapat beberapa Nagori yang sudah banyak mengalami perubahan di era pembangunan seperti sekarang ini. Bertahan hidup ditengah gelapnya pedesaan tanpa aliran listrik, terkadang membuat Susi merasakan kesedihan melihat keempat orang anaknya yang masih bersekolah.

"Susah kali kami ini loh bang, apalagi anak-anak kami yang masih pada sekolah. Zaman udah canggih, tapi anak kami mau belajar aja susah, karena gelap enggak ada listrik," tutur ibu berambut sebahu ini dengan nada sendu.

Kenyataan pahit yang dialami Susi, semakin diperparah dengan jauhnya jarak menuju Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Untuk sampai ke Puskesmas terdekat, warga Pulo Rejo harus menempuh perjalanan kurang lebih 45 menit dengan kondisi jalan yang terbilang tidak layak dilintasi kendaraan bila musim penghujan tiba.

Harapan Susi dan ke 17 warga kepada Pemkab Simalungun sangatlah besar. Pasalnya, janji yang diutarakan manager Perusahaan Listrik Negara (PLN) Perdagangan yang sebelumnya pada bulan Agustus lalu sempat meninjau Dusun Pulo Rejo, sampai hari ini belum terealisasi.

"Kemarin itu datang orang PLN kemari bang. tapi ya sampai sekarang belum juga ada listrik disini. Pak Bupati JR Saragih mohon perhatiannya, kasihan anak-anak kami disini," ujarnya.